Incar Rp1,5 Miliar dari IPO, Bos Bawang Goreng Ini Didukung Penuh BEI dan BRI

21 Maret 2024 oleh
Incar Rp1,5 Miliar dari IPO, Bos Bawang Goreng Ini Didukung Penuh BEI dan BRI
Mbrebes Mili Food

Incar Rp1,5 Miliar dari IPO, Bos Bawang Goreng Ini Didukung Penuh BEI dan BRI

Market News | taufan sukma | 17/03/2024 21:28 WIB

Dini tak ragu untuk menggantungkan mimpinya setinggi langit, dengan membawa PT Mbrebes Mili Food menjadi salah satu perusahaan tercatat di BEI


IDXChannel - "The trouble with not having a goal is that you can spend your life running up and down the field and never score (Masalah dari tidak memiliki tujuan, adalah Anda bisa menghabiskan hidup berlarian naik-turun di lapangan, dan tidak pernah mencetak gol)."

Petikan kalimat itu disampaikan seorang sastrawan Amerika kelahiran 1946, Bill Copeland, tentang pentingnya bagi setiap orang untuk memiliki sebuah tujuan dan cita-cita dalam hidupnya.

Petuah ini juga yang sepertinya benar-benar dipertimbangkan oleh Dini Windu Asih, seorang pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dalam menekuni dan mengembangkan bisnis bawang gorengnya, dengan brand Mbrebes Mili.

"Insya Allah, ya. Semoga dalam satu-dua tahun ke depan sudah bisa IPO," ujar Dini, saat ditemui di kediaman sekaligus tempatnya berproduksi, Kompleks Departemen Koperasi, Jl. Radar Auri, Cimanggis, Kota Depok, Sabtu (16/3/2024).

Sebagai informasi, IPO atau Initial Public Offering (Penawaran Umum Perdana Saham), merupakan salah satu opsi bagi sebuah perusahaan untuk bisa mendapatkan pendanaan dari industri pasar modal.

Meski bisnisnya terkesan sepele bagi sebagian orang karena 'hanya' merupakan produsen bawang goreng dan aneka produk olahan turunan dari komoditas bawang merah, Dini tak ragu untuk menggantungkan mimpinya setinggi langit, dengan membawa PT Mbrebes Mili Food kelak menjadi salah satu perusahaan tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Itu sudah menjadi mimpi saya dan suami sejak awal, bahwa suatu saat bisa IPO. Karena bisnis itu memang harus punya goals (tujuan). Dan namanya goals, harus setinggi mungkin. Kalau goals hanya sekadarnya, sebentar juga sudah akan tercapai. Habis itu bingung mau ngapain lagi, karena goals sudah tercapai," tutur Dini.

Top of Mind

Memulai kisahnya, Dini mengaku mulai merintis bisnis bawang goreng sejak 2017 lalu. Produk bawang goreng sengaja dipilih berdasarkan riset dan penelitian, bahwa dalam budaya masyarakat Indonesia, banyak orang yang terbiasa menaburkan bawang goreng di atas nasi yang akan disantap.

Di lain pihak, dengan potensi konsumsinya yang demikian besar, Dini dan suami melihat belum ada brand besar yang cukup dikenal oleh masyarakat, sebagai penguasa pasar bawang goreng tersebut. Itu artinya, ada peluang besar di pasar yang belum terisi, dan bisa dimanfaatkan oleh Dini.

"Bisa kita lihat, belum ada pemain besar di bisnis bawang goreng yang bisa dibilang brand leader, gitu. Yang menjadi top of mind di masyarakat. Orang selama ini beli bawang goreng ya yang seadanya di pasar saja. Kadang dapat yang enak, kadang zonk. Nah, kami mau masuk di posisi top of mind yang masih kosong itu," ungkap Dini.

 

Gambaran untuk dapat tampil sebagai top of mind di masyarakat tersebut bahkan sudah dimiliki Dini dan suami saat pertama kali merintis bisnis bawang goreng ini pada Agustus 2017.

Karenanya, meski masih hanya dipasarkan secara sederhana lewat pertemanan kantor, tetangga dan ditawarkan secara online lewat media sosial Facebook, Dini tetap melengkapi segala kebutuhan perizinan yang sekiranya dibutuhkan saat bisnis ini mulai membesar.

"Semua izinnya sudah saya urus sejak awal. Mulai dari PIRT(Pangan Industri Rumah Tangga), izin edarnya ke BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), sertifikat halalnya, sampai SNI(Standar Nasional Indonesia)nya. Karena ini soal makanan, jadi semuanya harus firm (jelas/tegas) dari awal," tutur Dini.

Ritel Modern

Tak sampai setahun berjalan, bisnis bawang goreng Mbrebes Mili milik Dini mulai mendapat kesempatan untuk dipasarkan di jejaring ritel modern.

Pertama, tawaran datang dari mantan rekan kerja Dini saat masih bergabung menjadi karyawan di lembaga non pemerintah (Non Govermental Organization/NGO) di bidang edukasi.

Sama-sama telah resign dari NGO tersebut, Sang Mantan Rekan Kerja rupanya telah menjadi pemilik supermarket Aneka Buana di daerah Fatmawati.

"Tahu dari Facebook bahwa saya jualan bawang goreng, akhirnya disuruh masukin penawaran di sana. Alhamdulillah, sekali datang langsung ketemu Purchasing Manager dan beneran disodori PO (Purchase Order)," papar Dini.

 

Seiring berjalannya waktu, pada 2020 Dini memutuskan untuk semakin fokus dalam memperluas ekspansi bisnisnya ke berbagai peritel modern lain.

Sejauh ini, sudah ada 22 brand jejaring ritel modern yang telah berhasil ditembus oleh Dini, seperti Gelael, HERO dan sejumlah ritel modern lain, dengan cakupan penjualan hingga ke seluruh wilayah di Indonesia.

"Saya sebenarnya fokus ke ritel modern yang ada di Jabodetabek. Cuma kan mereka juga punya cabang sampai ke luar Jawa. Misal Gelael itu jaringan terjauhnya sampai Timika. Lalu HERO juga, bisa sampai Manado, dan lain-lain," urai Dini.

Yang menarik, Dini sejauh ini justru mengaku belum berminat memasarkan produk bawang goreng Mbrebes Mili di jejaring Indomaret dan Alfamart belum (masuk) karena bukan prioritas saya, karena secara market tidak sesuai dengan segmen bisnis yang disasar.

"Karena di sana (Indomaret dan Alfamart) kan lebih ke orang cari shampoo, sabun, deterjen, atau kebutuhan keluarga harian, plus paling cemilan anak-anak. Kalau bahan makanan, kurang. Kalau kami fokusnya justru ke HERO, Gelael, semacam itu, di mana orang memang cari bahan makanan, untuk stok bulanan," terang Dini.

Omzet Melambung

Dengan beragam strategi marketing tersebut, bisnis bawang goreng Mbrebes Mili pun dari tahun ke tahun terus berkembang pesat. Diawali di halaman samping rumah dengan mengolah satu kilogram bawang merah, kini dalam sehari Dini bisa menghabiskan sedikitnya 80 kilogram bawang merah sebagai bahan baku.

Tren lonjakan tersebut berbanding lurus dengan omzet penjualan yang sukses dikantongi oleh Dini. Sebelum COVID-19, yaitu sekitar 2018-2019, nilai penjualan diklaim Dini berkisar mencapai Rp300 jutaan per tahun.

Nilai tersebut lalu melonjak drastis saat terjadi pandemi COVID-19, di mana masyarakat enggan untuk makan di luar dan lebih banyak memilih memasak sendiri di rumah.

"Saat COVID-19 itu, di 2021, penjualan kami bisa tembus sampai Rp1,3 miliar. Dan Alhamdulillah, meski setelah itu ada sedikit penurunan, penyesuaian, (omzet) masih stabil di kisaran Rp150 juta sampai Rp200 juta per bulan sampai sekarang," tandas Dini.

Road to Go Public

Dengan catatan keuangan yang makin mentereng tersebut, Dini pun semakin optimistis bahwa bisnisnya kini sudah berada dalam jalur yang tepat untuk mewujudkan impian, dapat melakukan IPO dan menjadi perusahaan publik (go public) di industri pasar modal Indonesia.

Pun, dalam mengejar target tersebut, Dini mengaku telah mendapat dukungan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI, yang memberinya kesempatan untuk menimba ilmu dan memperluas jejaring koneksinya melalui pelatihan BRILianPreneur.

Tak hanya itu, kesempatan serupa juga didapat Dini dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI), regulator sekaligus pengelola bursa saham nasional, dengan mengajak PT Mbrebes Mili Food masuk sebagai salah satu peserta IDX Incubator.

"Dari sana, saya dan suami bisa berkenalan dengan banyak orang sukses, diajak ikut business matching, bahkan sampai dapat kesempatan untuk ekspor ke sejumlah negara, seperti Venezuela, Australia, Amerika dan beberapa negara lain," ungkap Dini.

Selain itu, dengan menjadi bagian dari IDX Incubator dan Pelatihan BRILianPreneur, Dini mengaku sangat terbantu untuk mengangkat level manajerial yang diterapkannya di PT Mbrebes Mili Food.

Dengan manajemen yang semakin profesional, dan dengan omzet yang terus meningkat, serta potensi pasar yang diyakini sangat menjanjikan. tak heran bila kini bisnis Dini menjadi bidikan sejumlah investor, untuk dapat turut menempatkan dana dan menjadi salah satu pemegang saham di PT Mbrebes Mili Food.

Pola pengembangan bisnis yang demikian, memang lebih disukai oleh Dini dan suami, ketimbang harus berutang ke bank dan lembaga keuangan lainnya.

"Saat ini ada beberapa (investor) yang sedang pitching. Mereka melihat-lihat pembukuan kita, nah kita juga sedang pertimbangkan penawaran dari mereka, yang mana yang paling menarik dan realistis untuk kita jadikan partner ke depan," tandas Dini.

Dari proses pitching yang sedang berjalan tersebut, Dini mengaku tengah membidik dana segar sekitar Rp1,5 miliar. Selain membidik suntikan dana segar, Dini berharap dengan masuknya pihak lain sebagai pemegang saham, bakal menghadirkan sosok-sosok profesional baru di dalam manajemen PT Mbrebes Mili Food.

"Seperti yang diajarkan dalam agam juga, berikut segala sesuatu pada ahlinya. Dengan begitu harapannya bisnis ini bisa sustain selama mungkin, sehingga bisa memberikan manfaat terus ke masyarakat, yang bekerja di kita, bahkan saat nanti saya dan suami sudah tiada," tegas Dini.

IDX Incubator

Sejauh ini, sedikitnya ada 65 perusahaan berstatus UMKM seperti Mbrebes Mili yang berada dalam naungan pembinaan BEI lewat Program IDX Incubator.


Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Nyoman Gede Yetna, Program IDX Incubator memang khusus didesain oleh BEI untuk mendukung para pelaku UMKM dan industri startup nasional untuk dapat turut memandafaatkan pendanaan dari pasar modal Indonesia.

"(UMKM) Yang dibina dalam IDX Incubator ini memang perusahaan yang orientasinya akan IPO. Jadi kita cukung, kita bantu, agar setidaknya dalam dua sampai tiga tahun ke depan bisa benar-benar IPO," ujar Nyoman, kepada IDXChannel.

Syarat kepesertaan IDX Incubator sendiri, dikatakan Nyoman, telah diatur dalam Peraturan Otritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 53/POJK.04/2017. Dalam regulasi tersebut, sejumlah syarat telah diatur, seperti wajib berbadan hukum (PT) dan telah memiliki pendapatan dari bisnis inti (core business).

Dalam proses pembinaannya, Program IDX Incubator memiliki kurikulum 'Road to IPO' yang dilaksanakan selama kurang lebih satu tahun. Namun, meski kurun waktu tersebut sudah terlampaui, perusahaan peserta masih diperkenankan untuk tetap mengikuti program, sampai nantinya benar-benar berhasil melantai di BEI.

Sejauh ini, sejumlah perusahaan peserta IDX Incubator terbukti telah sukses mewujudkan mimpinya menjadi emiten di BEI. Beberapa di antaranya, adalah PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO), PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGKO), PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH), PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR), dan PT Global Sukses Solusi Tbk (RUNS). (TSA)

  Incar Rp1,5 Miliar dari IPO, Bos Bawang Goreng Ini Didukung Penuh BEI dan BRI (idxchannel.com)